SUARA INDONESIA

Berburu Barang Antik di Banyuwangi, Ini Salah Satu Tempat yang Wajib Disinggahi

Muhammad Nurul Yaqin - 24 October 2020 | 22:10 - Dibaca 6.23k kali
Sejarah Berburu Barang Antik di Banyuwangi, Ini Salah Satu Tempat yang Wajib Disinggahi
Koleksi barang antik milik Junarty (68) yang tersusun rapi di galerinya.

BANYUWANGI - Bagi kalian penggemar dan kolektor barang antik, tempat yang satu ini akan membuat anda dimanjakan dengan beragam koleksinya.

Ratusan lukisan yang sudah berumur puluhan tahun dan patung kayu hasil pahatan tersusun rapi di galeri barang antik milik Junarty (68).

Berada di Jalan Singosari Nomor 6, Kelurahan Tamanbaru, Kecamatan/Kabupaten Banyuwangi. Junarty menyulap seisi rumahnya jadi galeri koleksi barang yang antik-antik.


Di tempat ini tidak hanya lukisan dan patung kayu yang tersedia. Mulai dari uang gobog, patung batu, rencong, topeng, kendi, guci, vas, buku-buku sejarah, mesin ketik jadul, hingga aneka pajangan kuno lainnya juga tersedia.

Junarty menceritakan, bisnis yang dirintis sejak tahun 1970 bersama mendiang suaminya Harjo Sahir sudah banyak membubuhkan hasil.

Secara pelan-pelan mereka mengumpulkan barang-barang antik itu sedikit demi sedikit. Dengan keuletan dan kegigihannya kini koleksinya sudah ada ribuan.

Sebagai kolektor benda antik, Junarty tidak pernah menyimpan lama benda koleksi. Jika harganya cocok, ia akan merelakan barang tersebut untuk dijual ke orang lain.

"Meski barang antik itu baru datang dan ada yang mau beli dengan harga yang sesuai, kita langsung jual saat itu juga," ungkapnya.

Kata dia, meski sempat jatuh pada 3 tahun pertama merintis, namun secara perlahan berkembang dan bisa dikatakan sukses hingga saat ini.

"Dari usaha ini saya bisa bangun rumah dan menyekolahkan ketiga anak saya hingga lulus sarjana," ucap Junarty saat ditemui Suara Indonesia di kediamannya.


Ia menerangkan, bisnis benda antik saat ini sangat jauh berbeda pada zaman lalu. Dulu harganya sangat menjanjikan, dan bisa meraup untung hingga puluhan juta setiap bulannya. Pembelinya pun tidak hanya dari luar daerah, bahkan ada juga pembeli dari luar negeri.

"Pembeli yang paling banyak dari Bali, lokalan juga ada. Dulunya sih ada juga pembeli dari Australia. Namun semenjak bapak meninggal tiga tahun yang lalu, pembeli menurun ditambah pandemi saat ini," ungkapnya.

Meski pendapatan saat ini merosot drastis karena pembeli yang sedikit. Ia mengaku pendapatan yang didapat masih bisa mencukupi untuk kebutuhan sehari-harinya.

"Meski pandemi masih ada beberapa pelanggan yang berkunjung dan membeli barang. Alhamdulilah masih cukup buat kebutuhan sehari-hari," tuturnya.

Biasanya ia membeli barang-barang antik itu dari berbagai kabupaten/kota. Diantaranya Yogyakarta, Banyuwangi, Situbondo, Asembagus, Bondowoso, Jember. Kebanyakan itu dari Bojonegoro, Tuban, Blora, Cepu dan Jombang.

"Sejak bapak masih ada, masih aktif transaksi di luaran sana. Sekarang sudah tidak lagi, hanya menunggu saja di rumah," tukasnya.

Dari beberapa barang antik yang ia kumpulan. Untuk harga yang dipatok seperti patung kayu berkisar di antara Rp 100 hingga Rp 300 ribu rupiah. Sementara lukisan ada yang dijual dengan harga ratusan hingga jutaan, disesuaikan dengan jenisnya.

"Untuk patung batu ada yang Rp 5 sampai Rp 10 juta," tandasnya. (*)

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Muhammad Nurul Yaqin
Editor :

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya

Featured SIN TV