JEMBRANA, Suaraindonesia.co.id - UMKM binaan BRI di Kabupaten Jembran, Bali, terus berinovasi memunculkan kuliner khas baru. Seperti menyulap buah pala jadi minuman yang menyegarkan.
Inovasi ini dikembangkan I Made Merta Sukanaya (39) bersama istri tercintanya Ni Wayan Rina Lestari (37), warga Banjar Badingkayu, Desa Pengeragoan, Kecamatan Pekutatan.
Desa tempat Made tinggal kaya akan hasil pertanian. 80 persen masyarakat disana adalah petani. Beberapa produksi pertanian yang dihasilkan seperti kopi, pisang dan buah pala.
Made bercerita jika selama ini petani setempat hanya memanfaatkan biji dari buah pala. Sementara dagingnya sering diabaikan begitu saja, karena dianggap kurang bernilai.
Seiring berjalannya waktu tercetus ide di benak Made untuk mengolahnya. Daging buah pala yang tadinya dibuang-buang, ia manfaatkan jadi produk bernilai ekonomis.
"Karena banyak khasiat untuk tubuh jadi saya olah menjadi jus pala setelah diambil sarinya. Resep cara mengolahnya saya belajar dari youtube," ujarnya kepada Suaraindonesia.co.id, Minggu (25/06/2023).
Made mengatakan baru memulai peruntungan jadi UMKM sejak 14 Desember 2022. Produk pertama yang dihasilkan adalah jus pala.
Setelah berhasil mengolah jadi produk, Made awalnya kesulitan di pemasaran. Ia kemudian mencoba berdagang secara online melalui media sosial.
"Beberapa kali promosi ternyata masyarakat banyak tertarik. Awalnya mereka penasaran, dari penasaran itu beli. Dari situ mereka mencoba, ternyata responnya baik, lambat laun jadi pelanggan," tuturnya.
Sejak pertama kali berjualan secara digital, Made sibuk melakukan cash on delivery (COD) dengan para customer.
"Jangkauan pasar saat itu masih wilayah Pekutatan, ada juga sih yang di wilayah Denpasar dan Ibu Kota, tapi tidak saya layani karena jarak, rugi di ongkos," akunya.
Setelah berhasil menciptakan produk jus pala, Made kemudian mencoba mengolah hasil pertanian lainnya yakni membuat keripik pisang untuk dijual ke pasaran.
Namun bedanya jika umumnya keripik pisang diiris berbentuk bulat, potongan produk milik Made ini berbentuk persegi panjang. Tujuannya untuk menarik minat pembeli.
"Pisang yang saya gunakan adalah pisang lokal khas Badingkayu yaitu Pisang Ketip dan Pisang Terigu," katanya.
Seiring berjalannya waktu Made juga kerap ikut pelatihan pengembangan produk di Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) UMKM Jembrana.
"Dari situ saya punya PIRT dan sertifikat halal, serta produk yang saya jual di upgrade ke premium. Alhasil bisa mendongkrak penjualan," ucapnya.
Produk keripik pisang yang diberi nama Banana Gobet miliknya kini menjangkau pasar yang lebih luas. Seperti pusat oleh-oleh Jembrana, kantin sekolah, beberapa toko ritel modern dan Sentra Tenun.
"Sementara untuk yang jus pala hanya melayani ketika ada pesanan," imbuhnya.
Selain itu, Made mengku juga merupakan nasabah aktif BRI. Sebelum merintis usaha, dia mengambil pinjaman kredit usaha rakyat (KUR) BRI senilai Rp 50 juta. Dari pinjaman itu ia gunakan untuk mengembangkan usaha.
Kehadiran BRI sangat berarti baginya. Selain membantu UMKM yang kesulitan modal, ternyata juga aktif melakukan pendampingan.
"BRI telah mendorong kami untuk beralih ke digital. Termasuk pembayarannya kini sudah pakai QRIS BRI. Lebih praktis dan mudah," tukasnya.
Kini Made telah memiliki penghasilan per bulannya. Dalam sebulan ia bisa mengantongi pendapatan bersih Rp 3 juta.
Beberapa produk yang dihasilkan dijual dengan harga yang sangat bersahabat di kantong. Banana Gobet dengan kemasan 35 gram cuma Rp 2 ribu, kemasan 70 gram dijual Rp 5 ribu, sedangkan kemasan premium berat 67 gram dijual Rp 9 ribu. Adapun jus pala berat 250 ml cukup Rp 8 ribu saja.
Sampai saat ini, selain berjualan offline Made tetap berdagang melalui platform media sosial. "Karena sosmed, produk saya lebih cepat terkenal," ungkapnya.
Regional CEO BRI Denpasar, Recky Plangiten menuturkan, BRI terus berkomitmen mengantarkan UMKM menjadi naik kelas.
KUR BRI telah terbukti banyak memberikan manfaat dalam mendongkrak perekonomian UMKM. Terlebih saat pandemi Covid-19 kemarin.
BRI Regional Office Denpasar mencatat, sepanjang 2022 KUR Mikro BRI di wilayah Bali dan Nusa Tenggara terserap hingga 12,4 triliun atau 100,57% dari target yang ditetapkan.
“Penyerapan KUR di Wilayah Bali, NTB, dan NTT sepanjang tahun 2022 didominasi sektor produktif," kata Recky.
Respon positif dari masyarakat akan kehadiran KUR dengan suku bunga rendah yakni minimal 6 persen per tahun, menyebabkan penyerapan KUR di wilayah Bali, NTB, dan NTT dapat dimaksimalkan.
Respon tersebut disambut baik oleh BRI dengan memberikan kemudahan dan kecepatan pelayanan KUR baik yang diajukan melalui Unit Kerja BRI maupun secara online.
Pada tahun 2023 ini, BRI Regional Office Denpasar menargetkan penyaluran KUR Mikro sebesar Rp 6 triliun untuk wilayah Bali, NTB, dan NTT.
"Kami optimistis jumlah ini dapat diserap dengan cepat karena masih tingginya antusiasme masyarakat untuk mengembangkan usaha mereka," ungkapnya.
Syarat pengajuan KUR Mikro BRI sangat mudah, masyarakat bisa datang ke unit kerja BRI dengan membawa Identitas diri seperti E-KTP, Kartu Keluarga, Akta Nikah (bagi yang sudah menikah), IUMK atau Surat Keterangan Usaha atau Surat Keterangan Domisili Usaha dan rekomendasi atau izin lain yang diperlukan.
Alternatif lainnya, masyarakat bisa mengajukan melalui kurbali.com yang merupakan kerjasama Pemerintah Provinsi Bali, OJK Regional 8 Bali Nusra, dan Bank penyalur untuk memfasilitasi masyarakat mengajukan KUR lewat online.
Selain itu, pengajuan KUR online juga bisa melalui kur.bri.co.id. Cara online ini lebih praktis karena masyarakat tidak perlu datang ke Bank saat pengajuan. Cara lainnya yaitu melalui Agen BRILink, dimana dokumen pengajuan nantinya akan direferensikan oleh Agen BRILink kepada petugas BRI untuk diproses.
Selain mendorong UMKM mendapatkan kemudahan akses permodalan, BRI juga aktif mengajak UMKM agar go digital.
"BRI berupaya mendigitalisasi nasabah UMKM dengan melakukan pendampingan, pelatihan, membuat program dan produk untuk akselerasi digitalisasi UMKM," cetusnya.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Muhammad Nurul Yaqin |
Editor | : Irqam |
Komentar & Reaksi