JEMBRANA, Suaraindonesia.co.id - Siani (36) sedang asyik mengaduk kedelai yang telah ditaburi ragi pasca melewati proses pengukusan dan pendinginan. Kegiatan serupa terus ia lakoni setiap hari di home industri pembuatan tempe miliknya.
Siani merupakan satu dari sekian banyak pembuat tempe di Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali, yang tetap eksis hingga sekarang. Dalam pengembangan usahanya, ia banyak dibantu oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
Usaha tempe ini berdiri sejak tahun 1987 di Lingkungan Terusan Lelateng, Desa Lelateng, Kecamatan Negara. Siani sendiri merupakan generasi pertama yang meneruskan usaha orang tuanya tersebut.
Siani mengaku telah ikut membantu pembuatan tempe sejak dirinya masih kecil. Sehingga ia paham betul proses mulai tahap awal hingga tahap fermentasi yang kemudian jadilah tempe.
"Mulai perendaman, penggilingan, pencucian, perebusan, pendinginan, penambahan ragi, pengemasan dan fermentasi hingga jadi tempe itu prosesnya butuh waktu 4 hari," tuturnya.
Menurutnya, membuat tempe butuh tenaga ekstra, harus berkutat dengan kayu api yang panas di tungku tempat pengolahan.
Bukan waktu yang singkat pula bagi keluarganya berkutat dengan tempe untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Jembrana. Setidaknya telah membuat tempe selama 36 tahun.
Dia masih mengingat bagaimana upaya orang tuanya untuk membesarkan home industri tempe tersebut. Mulai dari usaha kecil-kecilan hingga kemudian bisa berkembang.
"Usaha tempe ini sudah menjadi tumpuan ekonomi keluarga. Sebagai penerus, saya berusaha tetap mengembangkan bisnis ini dan berharap bisa bertahan sampai anak cucu," ungkap Siani.
Kegigihan merupakan suatu tekad kenapa bisnis tetap bertahan sampai sekarang. Siani menyebut, awal produksi tidak sampai 100 kilogram tempe sehari. Namun lambat laun usaha tempe warisan keluarganya semakin dikenal.
Memang, tempe di Jembrana merupakan salah satu jenis tempe yang banyak digemari masyarakat. Meskipun bentuknya sama dengan tempe pada umumnya, namun banyak yang mengatakan jika tempe Jembrana lebih enak dan membuat ketagihan. Tempe inilah salah satunya diproduksi di home industri milik Siani.
Waktu pun bergulir, sampai akhirnya usaha miliknya terus berkembang. Tempe produksinya makin digemari oleh konsumen. Memasuki tahun 2000-an usahanya berkembang pesat. Dalam satu hari mampu memproduksi 1 kuintal tempe.
Pendapatan yang diterima pun ikut meningkat. Setiap harinya, Siani bisa mengantongi omzet Rp 4 juta yang dijual langsung ke pasar dan warung gorengan.
"Produksi tempe setiap hari, tanpa ada hari libur. Tempe dijual per kemasan. Ukuran kecil itu dihargai Rp 2 ribu, sedangkan ukuran agak besaran cuma Rp 4 ribu," ujarnya.
Siani menyebut, selama puluhan tahun usahanya berjalan bukan berarti lancar-lancar saja. Tantangan terberat dirasakan saat pandemi Covid-19. Usahanya terpukul yang membuat tingkat produksi menurun.
Biasanya tiap hari Siani bisa memproduksi 1 kuintal tempe. Tapi selama pandemi home industri miliknya bisa memproduksi 500 kilogram tempe.
Ditambah lagi harga kedelai yang tidak stabil juga turut andil menurunkan produksi. Harga kedelai cenderung mahal di awal tahun 2021, pertengahan 2022 dan awal 2023 membuat Siani tidak memproduksi seperti biasanya.
"Tantangan terbesar kami saat harga kedelai tidak stabil. Otomatis berpengaruh pada produksi. Jujur saja saat pandemi, kami mengalami penurunan penjualan sampai 50 persen," ungkapnya.
Dampak pandemi yang melumpuhkan banyak sektor ekonomi membuat Siani kebingungan di permodalan. Agar kembali bangkit dari keterpurukan, keluarganya memberanikan melakukan pinjaman berupa Kredit Usaha Rakyat (KUR) di BRI dengan nominal Rp 50 juta.
Dari modal tersebut, Siani gunakan untuk menunjang kebutuhan usaha tempe miliknya. Seperti menambah bahan baku, kayu bakar, termasuk bungkus tempe.
"Mulai dari itu usaha kami kembali bangkit. Pendapatan juga semakin naik ketimbang saat pandemi," cetusnya.
Siani mengaku, keberadaan BRI memiliki peran besar dalam mendukung UMKM seperti dirinya. Karena, pinjaman modal yang diberikan membantu dalam keberlangsungan usaha mereka.
"Terimakasih banyak kepada BRI yang telah membantu UMKM seperti kami untuk bangkit. Berkat bantuannya, usaha kami perlahan bisa kembali pulih," ungkapnya.
Siani menambahkan, produk tempe yang ia hasilnya belum sama sekali menerapkan digital marketing. Selama ini proses transaksinya juga masih secara tunai.
"Karena para pelanggan kami kebanyakan masih terbatas dalam pemahaman penggunaan teknologi digital. Apalagi jualannya di pasar tradisional kan, kebanyakan transaksi masih secara tunai," tuturnya.
Regional CEO BRI Denpasar, Recky Plangiten menuturkan, BRI terus berkomitmen mengantarkan UMKM menjadi naik kelas. Salah satunya melalui dukungan permodalan melalui program KUR.
KUR BRI telah terbukti banyak memberikan manfaat dalam mendongkrak perekonomian UMKM. Terlebih saat pandemi Covid-19 kemarin. Karena KUR menjadi sumber modal baru pelaku usaha untuk memutar roda bisnisnya.
BRI Regional Office Denpasar mencatat, sepanjang 2022 KUR Mikro BRI di wilayah Bali dan Nusa Tenggara terserap hingga 12,4 triliun atau 100,57% dari target yang ditetapkan.
“Penyerapan KUR di Wilayah Bali, NTB, dan NTT sepanjang tahun 2022 didominasi sektor produktif," kata Recky.
Respon positif dari masyarakat akan kehadiran KUR dengan suku bunga rendah yakni minimal 6 persen per tahun, menyebabkan penyerapan KUR di wilayah Bali, NTB, dan NTT dapat dimaksimalkan.
Respon tersebut disambut baik oleh BRI dengan memberikan kemudahan dan kecepatan pelayanan KUR baik yang diajukan melalui Unit Kerja BRI maupun secara online.
Pada tahun 2023 ini, BRI Regional Office Denpasar menargetkan penyaluran KUR Mikro sebesar Rp 6 triliun untuk wilayah Bali, NTB, dan NTT.
"Kami optimistis jumlah ini dapat diserap dengan cepat karena masih tingginya antusiasme masyarakat untuk mengembangkan usaha mereka," ungkapnya.
Syarat pengajuan KUR Mikro BRI sangat mudah, masyarakat bisa datang ke unit kerja BRI dengan membawa Identitas diri seperti E-KTP, Kartu Keluarga, Akta Nikah (bagi yang sudah menikah), IUMK atau Surat Keterangan Usaha atau Surat Keterangan Domisili Usaha dan rekomendasi atau izin lain yang diperlukan.
Alternatif lainnya, masyarakat bisa mengajukan melalui kurbali.com yang merupakan kerjasama Pemerintah Provinsi Bali, OJK Regional 8 Bali Nusra, dan Bank penyalur untuk memfasilitasi masyarakat mengajukan KUR lewat online.
Selain itu, pengajuan KUR online juga bisa melalui kur.bri.co.id. Cara online ini lebih praktis karena masyarakat tidak perlu datang ke Bank saat pengajuan.
"Cara lainnya yaitu melalui Agen BRILink, dimana dokumen pengajuan nantinya akan direferensikan oleh Agen BRILink kepada petugas BRI untuk diproses," ucapnya.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Muhammad Nurul Yaqin |
Editor | : Lukman Hadi |
Komentar & Reaksi