JAKARTA, Suaraindonesia.co.id - Indonesia terus melakukan komunikasi intensif dengan CEO Tesla, Elon Musk di Washington DC agar melakukan investasi Industri Baterai dan Mobil Listrik.
Presiden RI, Joko Widodo sudah dua kali melakukan pertemuan dengan Elon Musk, CEO Perusahaan otomotif dan energi Tesla di mana tahun lalu perusahaan baterai dan Mobil Listrik itu meraih pendapatan 81,5 miliar dolar.
Kemudian, komunikasi itu ditindaklanjuti oleh Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dengan Elon Musk Tesla untuk meyakinkan agar berinvestasi Industri Baterai dan Mobil Listrik di Indonesia.
Paska bertemu Tesla di San Fransisco, Luhut mengungkapkan saat ini tidak hanya Indonesia yang merayu mereka. Ada negara-negara di Asia juga banyak yang merayu Tesla.
"Misalnya Malaysia dan India secara terang-terangan melakukan hal yang sama. Pertengahan Juli lalu kantor berita Reuters melaporkan, Tesla sedang melakukan pembicaraan serius dengan pemerintah India untuk membangun pabrik yang dapat memproduksi setengah juta mobil listrik per-tahun," kata Luhut, dikutip dari VOA Indonesia media jejaring Suaraindonesia.co.id, Senin (14/08/2023).
Lebih lanjut, Luhut membeberkan, Times of India bahkan melaporkan, Elon Musk saat ini sedang mempertimbangkan untuk menjadikan India sebagai pangkalan eksportir untuk mengirim mobil-mobil listrik buatannya ke negara-negara di kawasan Indo-Pasifik.
Ditambahkan Luhut, awal Agustus 2023 pun Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim menyampaikan Tesla berencana akan membangun kantor regional dan pusat layanan di Selangor.
Hanya saja Tesla masih akan melakukan studi 6 bulan untuk melakukan investasi di negara Malaysia dan India.
"Mereka tidak ada rencana untuk investasi di negara mana pun dalam waktu dekat ini. Ia berulang kali bilang bahwa ia tetap melihat Indonesia sebagai tempat yang sangat baik untuk investasi,” tegas Luhut.
Dia mengungkapkan, saat ini pasar dunia sedang stuck dan mereka sangat hati-hati melakukan investasi ini. Elon mengatakan tidak ingin ada over supply atau over investment dan sebagainya.
Di sisi lain yang tampaknya juga menjadi pertimbangan Musk adanya dampak pemberlakuan UU Pengurangan Inflasi atau Inflation Reduction Act pada investasi dan promosi energi bersih.
“Hal lain yang membuat saya paham mengapa Elon menunggu enam bulan lagi adalah karena IRA (Inflation Reduction Act). Hari ini saya ketemu sama Yellen dan kami juga bicara kembali hal ini. Soal IRA ini sebenarnya sudah kami bahas sejak lama, tidak saja dengan Yellen, tapi juga dengan kantor Amos (Koordinator Khusus Untuk Infrastruktur Global dan Keamanan Energi AS Amos J. Hochstein-red), kantor Sullivan (Penasehat Keamanan Nasional Jake Sullivan-red), kantor Raimondo (Menteri Perdagangan AS Gina Raimondo-red), USTR (Kantor Perwakilan Perdagangan AS-red). Semua sudah kita ajak bicara. Karena apa yang kita propose (untuk melakukan perjanjian perdagangan bebas terbatas lewat IPEF-red) akan menguntungkan Amerika juga. Dan ini tidak ada urusan dengan China. Elon melihat semua ini," ujarnya.
Diketahui, Indonesia belum memberi rincian proposal perjanjian perdagangan bebas terbatas yang diajukan kepada Amerika dan tidak merujuk pada satu bentuk perjanjian pun sebagai acuan.
Namun dalam wawancara dengan VOA awal Mei lalu, Luhut mengisyaratkan kemungkinan mewujudkan perjanjian itu lewat mekanisme Kerangka Kerja Ekonomi Indo-Pasifik Untuk Kemakmuran atau Indo-Pacific Economic Framework for Prosperity (IPEF) yang memang digalakkan pemerintahan Biden.
Isu kerjasama berkelanjutan dalam kerangka IPEF dan meningkatkan infrastruktur baru melalui Kemitraan Untuk Infrastruktur dan Investasi Global atau Partnership for Global Infrastructure and Investment PGI merupakan salah satu agenda yang dibahas Luhut ketika melangsungkan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Antony Blinken di Washington DC pada 5 Agustus lalu.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Bahrullah |
Editor | : Lutfi Hidayat |
Komentar & Reaksi