SUARA INDONESIA, BANYUWANGI - Hadidik (25) dan Trikasari (23), sepasang suami istri (pasutri) asal Desa Boyolangu, Kecamatan Giri, Kabupaten Banyuwangi, ini berhasil memberantas praktik rentenir yang merugikan masyarakat setempat.
Mereka sukses membantu pelaku usaha lepas dari jeratan rentenir lewat program Ultra Mikro (UMi) dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI. UMi merupakan program pembiayaan atau pinjaman modal yang diperuntukkan kepada usaha mikro atau kecil.
Hadidik berkata, ia dan istrinya telah menjadi agen BRILink sejak 2019. Selama jadi agen laku pandai, mereka sering mendapatkan keluhan dari warga jika banyak yang terlilit hutang dengan bunga tidak wajar kepada rentenir berkedok bank plecit.
"Kami melihat banyak keluarga yang kesulitan karena harus membayar bunga tinggi kepada rentenir. Kami ingin memberikan alternatif yang lebih adil dan berkelanjutan," ungkapnya, Sabtu (09/12/2023).
Hadidik dan Trikasari tak tinggal diam, mereka pun memiliki motivasi untuk memberantasnya. Keluhan dari warga ini pun diteruskan kepada Mantri BRI yang mendampingi mereka sejak jadi agen BRILink.
Dari situ masalah berhasil terpecahkan, BRI menawarkan pada agen laku pandai Hadidik agar ikut menjadi penyalur Mitra UMi.
“Program UMi ini baru kami jalankan di tahun 2021,” aku pria yang juga memiliki usaha toko sembako kecil-kecilan di rumahnya ini.
Pasutri tersebut kemudian giat melakukan jemput bola kepada warga untuk menawarkan program permodalan ultra mikro tersebut. Terlebih kepada warga yang riskan dan terjerat hutang di rentenir.
Hadidik bertugas mendekati kalangan bapak-bapak, sementara Trikasari bertugas melakukan pendekatan di segmen ibu-ibu rumah tangga. Kolaborasi keduanya membuahkan hasil yang baik.
Perlahan, warga yang notabene dari kalangan petani itu ikut dalam program tersebut. Menurutnya, banyak nasabah yang tertarik karena kredit UMi pembayarannya dilakukan mingguan.
Pinjaman UMi ini berkisar dari Rp 5 juta hingga Rp 10 juta dengan tenor 6 bulan. Syaratnya pun mudah, hanya fotocopy KTP, Kartu Keluarga, surat nikah, dan surat keterangan usaha cukup dari RT setempat.
Saat menawarkannya ke warga, Hadidik mengaku tidak berpikiran jika terjadi kredit macet nanti, dirinya hanya ingin membantu agar warga tidak bergantung lagi pada rentenir.
“Alhamdulilah, sampai sekarang semua warga tertib, tidak ada yang menunggak. Mungkin warga merasa terbantu dengan kehadiran program UMi ini,” ucapnya.
Bahkan dia membuktikan sendiri manfaat dari program UMi dapat menjauhkan pelaku usaha mikro dari jerat rentenir.
“Dulunya warga sini sangat bergantung pada rentenir. Tapi sekarang udah gak ada. Lewat UMi ini warga bisa lepas dari mereka. Karena dari pinjaman UMi dijadikan modal usaha dan hasilnya untuk menutupi hutang di rentenir dan kini sudah lunas,” kata Hadidik.
Ibarat pepatah, niat baik Hadidik dan Trikasari dibalas pula dengan kebaikan. Mereka juga mendapatkan untung dari menjadi Agen BRILink dan Mitra UMi dari hasil sharing fee dengan BRI.
Ia menyebut, total nasabah UMi yang mengajukan kredit lewat agen BRI di tempatnya telah mencapai 1.137 nasabah.
“Saya sendiri berhasil mengumpulkan 600 nasabah dan istri saya 537 nasabah. Nasabah kami ini tersebar di wilayah Kecamatan Giri,” sambungnya.
Salah satu nasabah UMi, Sulastri (45), warga Desa Jambesari, Kecamatan Giri, mengaku sangat terbantu adanya program tersebut. Ia bisa lepas dari jerat rentenir dan melanjutkan hidup yang lebih baik.
Sulastri bercerita jika telah bertahun-tahun mengandalkan pinjaman dari rentenir untuk modal usaha tani. Dirinya sempat meminjam modal sebesar Rp 30 juta - Rp 50 juta dengan bunga 10 persen per bulan.
Cicilan kepada rentenir tak selalu lancar, ia diuji ketika hasil panen berkurang. Biaya untuk pelunasan ke rentenir pun tersendat. Dari situ, ia pun merasa tercekik dengan bunga pinjaman rentenir yang semakin hari semakin membengkak.
“Terakhir kali jika di total, utang saya ke rentenir itu sampai menyentuh Rp 80 juta sampai 90 juta sama bunganya,” aku Sulastri.
Namun, secercah harapan datang setelah ia mengenal permodalan UMi. Kredit yang didapat dari UMi ini, ia gunakan untuk memulai usaha baru. Selain bertani, Sulastri juga merintis jadi pedagang pengecer sayuran (mlijo).
“Dari situ saya bangkit, uang untuk bayar ke rentenir kekumpul dan akhirnya lunas. Saya rasa program UMi ini sangat bagus, syaratnya mudah dan pencairannya cepat, ditambah lagi dengan bunga yang jauh lebih rendah,” ungkapnya.
Pimpinan BRI Cabang Banyuwangi, Ashri Agustian Mukti mengatakan, kredit UMi memang difungsikan untuk memberantas rentenir di masyarakat.
“Selain rentenir juga pinjaman online (pinjol) ilegal. Sehingga masyarakat tidak lagi terjerat dalam tipu daya mereka,” ungkapnya.
UMi merupakan produk dari Holding Ultra Mikro (UMi) yang diinisiasi oleh tiga entitas Kementerian BUMN, yaitu BRI, Pegadaian, dan PNM.
Program ini menyasar usaha mikro yang difasilitasi oleh BRI, dengan bunga dan plafon yang lebih rendah.
Karena mudah dan cepat, program ini disambut baik oleh masyarakat. BRI Banyuwangi mencatat, per tanggal 30 November 2023, jumlah nasabah UMi mencapai 10.818 debitur.
“Sementara total kreditnya mencapai Rp 61,884 Miliar. Kedepan kita bidik target lebih luas lagi. Kredit UMi diharapkan tembus Rp 54.375 miliar dengan target debitur 21.750,” sebutnya.
BRI membuka peluang sangat lebar untuk masyarakat yang mau bergabung. Sebelum menjadi penyalur Kredit UMi harus terlebih dahulu menjadi Agen BRILink.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Muhammad Nurul Yaqin |
Editor | : Imam Hairon |
Komentar & Reaksi