SUARA INDONESIA

Mengenal Sarung Goyor Jombang, Simbol Tradisi yang Digandrungi saat Ramadan

Gono Dwi Santoso - 19 March 2024 | 15:03 - Dibaca 976 kali
Ekbis Mengenal Sarung Goyor Jombang, Simbol Tradisi yang Digandrungi saat Ramadan
Sugeng Hariyadi perajin sarung goyor saat menunjukkan hasil tenunan sarungnya di Desa Plumbongambang, Kecamatan Gudo, Jombang, Selasa (19/03/2024). (Foto: Gono Dwi Santoso/Suara Indonesia)

SUARA INDONESIA, JOMBANG- Sarung goyor menjadi simbol tradisi dan budaya Indonesia yang patut dilestarikan. Keberadaannya bukan hanya sebagai kain sarung, tetapi juga sebagai sumber penghasilan bagi para perajin di Jombang, Jawa Timur.

Pada Ramadan tahun ini, permintaan sarung goyor meningkat pesat. Ini menunjukkan bahwa tradisi dan budaya masih memiliki tempat di hati masyarakat Indonesia.

Salah satu perajin sarung goyor adalah Sugeng Hariyadi. Ia tinggal di Desa Plumbongambang, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang. Meski harganya relatif lebih mahal dari sarung pabrikan, namun permintaan sarung tradisional ini meningkat signifikan hingga 50 persen.

Ditemui di rumah produksinya, Sugeng Hariyadi merasakan lonjakan permintaan yang luar biasa. "Kalau Ramadan seperti ini, permintaan banyak. Sampai kewalahan karena banyak order masuk," tuturnya kepada media, Selasa (19/03/2024).

Dalam sepekan, Sugeng dan timnya mampu memproduksi 100 sarung goyor. Namun pada Ramadan ini, permintaan bisa mencapai 50 sarung per hari atau lebih dari tiga kali lipat kemampuan produksi.

Usaha Sugeng yang dirintis sejak 2015 ini terus berkembang. Kini, ia dibantu oleh 25 karyawan yang terlatih dalam pembuatan sarung goyor.

"Awalnya saya membuat sendiri sarung goyor ini. Karena permintaan meningkat, saya ajak tetangga untuk bekerja," ucapnya.

Dia menjelaskan, sarung goyor dibuat dengan cara tradisional. Menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM). Prosesnya rumit dan panjang. Mulai dari pewarnaan benang, penenunan, hingga penyelesaian akhir. "Jadi pembuatan sarung goyor ini masih tradisional dan manual. Ditenun dengan alat tradisional," jelasnya.

Menurutnya, keunikan sarung goyor terletak pada motifnya yang khas dan bahannya yang berkualitas. Benang yang digunakan diimpor dari Cina dan menghasilkan sarung yang nyaman dipakai dalam berbagai cuaca.

Tingginya permintaan sarung goyor membuat Sugeng kewalahan, bahkan harus menambah karyawan. Pangsa pasar sarung goyor tidak hanya di Indonesia, tetapi hingga Timur Tengah.

"Harga sarung goyor bervariasi, tergantung kualitasnya. Sarung goyor alusan dibanderol dengan harga Rp 500 ribu per biji, sedangkan sarung goyor biasa Rp 250 ribu," pungkasnya. (*)

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Gono Dwi Santoso
Editor : Mahrus Sholih

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya