SUARA INDONESIA, PROBOLINGGO – Budidaya kepiting bakau biasanya dilakukan di tambak atau keramba, tapi berbeda yang dilakukan pria paruh baya di Kota Probolinggo, Jawa Timur. Kepiting justru dibudidaya di halaman rumah, menggunakan sistem apartemen atau crab house.
Ide budidaya kepiting apartemen dilakukan Rahmad (58) warga Kelurahan/Kecamatan Kademangan dari perjalanannya ke Madura. Kebutuhan lahan yang luas membudidaya kepiting sistem tambak, membuatnya memutar otak agar bisa dipelihara dengan lahan sempit dan mudah.
Rahmad pun mencari inspirasi dari berbagai sumber, untuk membuat rumah susun kepiting atau crab house. Berbahan jeriken bekas, ia membuat sendiri apartemen kepiting bertingkat yang mudah dipindahkan ke berbagai tempat sesuai kebutuhan.
Sistem filter pasokan air laut juga dibuat sendiri agar lebih hemat dan efektif. Budidaya kepiting sistem crab house dilakoninya sejak setahun terakhir. Dengan jumlah awal 50 unit crab house untuk 50 ekor kepiting, Rahmad memulai keberuntungannya berbudidaya kepiting.
Ia dibantu seorang rekannya, Brawijaya (59) dalam proses pemeliharaan harian, mulai dari pemberian pakan, pembersihan siswa makanan hingga kualitas air.
Bibit kepiting mengandalkan tangkapan alam lokal dengan ukuran seberat 60-100 gram per ekor. Bibit dengan ukuran tersebut dipakai agar proses pembesaran dan penggemukan lebih cepat hingga masa panen dengan ukuran 300-600 gram.
“Kalau bibit di sini banyak, kita ambil dari warga lokal dengan pemilihan kualitas tertentu,” ungkapnya, Selasa (23/4/2024).
Pembesaran dan penggemukan kepiting membutuhkan waktu antara 2-4 bulan tergantung berat bibit, kondisi kesehatan dan nafsu makan kepiting. Kondisi kesehatan dan perkembangan kepiting bergantung pada kualitas air laut dengan ketentuan kadar garam 30 Ppt, Ph air 7,5 dan temperatur rata-rata 30 derajat celcius.
“Kondisi kepiting dengan sistem budidaya apartemen ini, bergantung dari kualitas air. Kalau bagus maka nafsu makannya tinggi, dengan begitu akan cepat besar,” terang Rahmad.
Menurutnya, budidaya kepiting apartemen itu bisa dilakukan oleh siapa saja, karena tidak membutuhkan lahan luas. Untuk 50 unit crab house, hanya membutuhkan lahan 3x1 meter dengan jumlah 5 susun vertikal.
Selain irit tempat, perawatan kepiting juga lebih mudah dan terukur. Sehingga dapat menjadi pekerjaan sampingan di luar pekerjaan utama. Pemberian pakan dilakukan sekali sehari menggunakan ikan rucah, dengan takaran 0,5 kg untuk 50 ekor bibit kepiting.
“Jadi siapa saja bisa budidaya kepiting pakai sistem ini. Tidak perlu lahan luas, perawatannya juga mudah,” tandasnya.
Untuk penjualan hasil panen kepiting, Rahmad masih mengandalkan pasar lokal. Untuk harga pasar kepiting perkilogram bisa tembus Rp.360.000. “Penjualan masih pasar lokal, kami juga menargetkan masuk ke sejumlah restoran di Surabaya dan Bali jika produksi kami semakin banyak,” imbuhnya.
Bagi pemula yang hendak mencoba budidaya kepiting sistem crab house/apartemen, modal awal berkisar antara 8 hingga 10 juta rupiah untuk pembelian 100 unit jeriken crab house, pipa sirkulasi, sistem filter dan tandon penampungan air laut.
Sedangkan harga bibit kepiting berkisar antara 10-15 ribu rupiah per ekor, dengan ukuran antara 60-100 gram. (*)
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Lutfi Hidayat |
Editor | : Mahrus Sholih |
Komentar & Reaksi