SUARA INDONESIA

Gerakan Pangan Murah Banyuwangi Jaga Stabilitas Harga Bahan Pokok

Muhammad Nurul Yaqin - 30 September 2024 | 22:09 - Dibaca 739 kali
Ekbis Gerakan Pangan Murah Banyuwangi Jaga Stabilitas Harga Bahan Pokok
Plt. Bupati Banyuwangi Sugirah saat mengecek gerangan pangan murah. (Foto: Istimewa).

SUARA INDONESIA, BANYUWANGI - Badan Pangan Nasional (BPN) menggelar Gerakan Pangan Murah (GPM) di Banyuwangi, Senin (30/9/2024). Dalam gerakan tersebut, berbagai bahan pangan dijual dengan harga yang terjangkau masyarakat.

GPM ini dilakukan dalam rangka menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan. Pada gerakan itu, BPN bersama Pemkab Banyuwangi bekerjasama dengan toko retail seperti Roxy, Vionata, dan Ramayana. Selain itu juga melibatkan beberapa pihak lainnya, seperti Bulog, Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi), dan UMKM setempat.

Berlangsung di Lapangan Glagah Desa Olehsari, acara ini mendapat sambutan positif warga. Mereka ingin membeli kebutuhan pokok dengan harga lebih murah dibandingkan harga pasar, seperti beras, gula, telur, minyak goreng, cabai, serta bawang putih dan merah.

Sebagai contoh, harga mie instan Indomie bisa didapatkan seharga Rp. 80 ribu per dus (isi 40) sementara harga normal Rp. 120 ribu-an. Beras medium (5kg) dijual seharga Rp 56.500, sementara harga di pasaran mencapai Rp 60.000. Gula pasir dijual Rp 17.000 per kg, sedangkan harga pasaran Rp 18.000. Minyak goreng juga dijual dengan harga Rp 13.500 per liter, lebih rendah dibandingkan harga pasar yang mencapai Rp 16.200.

Plt. Bupati Banyuwangi Sugirah mengatakan salah satu daya tarik utama Gerakan Pangan Murah adalah harga jual yang jauh lebih murah dibandingkan harga pasaran. 

"Hal ini tentu saja sangat membantu masyarakat. Terutama mereka yang memiliki daya beli terbatas. Dengan program ini, masyarakat dapat memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari tanpa harus merogoh kocek terlalu dalam," kata Sugirah saat meninjau pelaksanaan.

Sugirah menyampaikan pihaknya telah menyiapkan berbagai langkah untuk menjaga stabilitas pangan di Banyuwangi, termasuk fasilitasi distribusi pangan melalui distribusi pangan dari wilayah surplus ke defisit agar tercipta keseimbangan pasokan dan stabilisasi harga. 

"Jadi misalkan daerah dengan pasokan Jagung yang melimpah seperti Wongsorejo bisa substitusi desa lain di Banyuwangi agar pasokan harganya bisa stabil,” ungkap Sugirah.

Sugirah juga memastikan pasokan pangan di Banyuwangi dalam kondisi aman meskipun di tengah lesunya beberapa komoditas holtikultura seperti cabai dan tomat. 

Ia berkomitmen untuk terus berkoordinasi dengan instansi terkait untuk memantau perkembangan harga dan stok pangan di pasar.

“Kami akan terus berupaya menjaga ketersediaan dan keterjangkauan pangan bagi masyarakat Banyuwangi. Terima kasih kepada pemerintah pusat yang telah menyelenggarakan kegiatan ini,” tutup Sugirah.

Painem (63), warga Desa Paspan, kedapatan memborong cabai rawit, bawang putih dan merah, minyak, dan telur untuk kebutuhan di rumahnya.

"Dapat kabar kalau ada pasar murah disini, jadi sempatkan untuk beli karena harganya lebih terjangkau daripada di peken (pasar tradisional)," terangnya antusias.

Di pasar murah tersebut, tersedia juga berbagai bahan pokok lainnya: Intermie 1 dus (isi 40) dengan harga Rp. 40.000, tepung tapioka (500 gr) seharga Rp. 8.000, bawang putih Rp. 34.000/kg, cabai rawit seharga Rp.28.000/kg, buncis Rp. 3.000/bundle, jamur kuping Rp. 7.000/ikat, dan tomat Rp.3000/kg. (*)

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Muhammad Nurul Yaqin
Editor : Mahrus Sholih

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya