JEMBER - Meskipun Jember sudah surplus hasil pertanian dan beberapa hari lalu sudah mengirim 2000 ton jagung ke Kabupaten Blitar, namun di sisi lain (gelandangan dan pengemis) gepeng semakin banyak berkeliaran.
Seperti yang terlihat di beberapa tempat, seperti perempatan lampu merah Kaliwates, lampu merah Puslit Kakau, Alun-alun, serta daerah kampus UNEJ.
Salah seorang gepeng yang enggan disebutkan namanya menyampaikan, bahwa apa yang dilakukannya adalah keterpaksaan.
"Mau kerja apa seperti saya, sawah tidak punya, mau kerja kondisi badan saya lemah, mau jualan tidak punya modal.Ya, terpaksa begini," ungkap laki-laki tua, yang biasa nangkring di bawah lampu merah, Senin (08/11/2022).
Sementara Sekretaris Komisi D DPRD Jember, Edi Cahyo Purnomo mengaku prihatin dengan kondisi semakin banyaknya gepeng tersebut.
"Bangga dengan prestasi surplus hasil pertaniannya. Tapi jangan lupa, ada tanggungjawab yang lebih besar menanti. Pemberantasan kemiskinan dan pemberdayaan para gepeng menjadi lebih baik," papar Edi menjelaskan.
Dengan semakin menjamurnya para pengemis di sudut kota Jember, kata Edi, dinas terkait sudah harus mulai bergerak aktif dan tidak harus tergantung pada angggaran.
"Harusnya, Dinas Sosial Jember sudah harus mulai bergerak, melakukan pembinaan dan pendataan kembali terhadap keberadaan para gepeng. Mereka kan digaji negara," papar politisi PDI Perjuangan ini menjelaskan.
Edi berjanji, akan mendorong Dinas Sosial Jember, untuk bisa mengalokasikan anggaran khusus untuk para pengemis itu.
"Kita pastikan dulu terdata, betul-betul tidak mampu atau memang malas tidak mau bekerja. Biar nanti diajukan dalam anggaran 2022. Bukan hanya dibina kemudian dilepas, tapi dimodali untuk bisa usaha," lugasnya.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Imam Hairon |
Editor | : Bahrullah |
Komentar & Reaksi