TRENGGALEK - Puluhan petani yang tergabung dari 63 kelompok tani melakukan unjuk rasa ke kantor DPRD Trenggalek. Kelompok tani dari Desa Masaran dan Munjungan Kecamatan Munjungan Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur ini menyuarakan kelangkaan pupuk subsidi.
Pasalnya kelangkaan pupuk bersubsidi yang terjadi ini dikhawatirkan mengganggu produktivitas tanaman petani hingga menurun drastis. Karena telah memasuki tiga minggu masa tanam.
"Petani kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi selama tiga bulan terakhir," ungkap Sunoto kelompok tani Sri Handayani asal desa Munjungan, Selasa (22/9/2020).
Lanjut Sunoto, kedatangannya kali ini bersama among tani dalam rangka silaturahmi tani darurat (Silatda) untuk meminta keputusan dari DPRD dan Pemkab.
Karena hingga per hari ini telah terhitung belum ada pupuk sama sekali. Bahkan saat ini pupuk subsidi kosong sehingga hal tersebut berdampak pada produktivitas lahan pertanian petani.
"Kelompok kami ada 63 kelompok dan setiap kelompok membawahi 20-25 hektar dan minimal kelompok tani membutuhkan minimal 10 hingga 20 ton pupuk," jelasnya.
Menurut Sunoto, kelangkaan ini sudah lama sekitar tiga bulan, bahkan dahulu juga sering terjadi semua pupuk langka.
Karena kenyataan dilapangan, saat ini para kelompok tani belum mendapatkan pupuk, bahkan yang ada di Desa Craken dan Masaran baru saja diantarkan. Namun itupun juga tidak sesuai kebutuhan.
"Bahkan untuk kami di Desa Munjungan belum ada sama sekali, hingga kami menangis di lahan sendiri karena tidak ada pupuk," imbuhnya
Pihaknya menyampaikan, setelah kedatangannya ke DPRD ini diharapkan bisa menjawab semua. Padahal jawaban dari distributor, pupuk masih ada pada, pupuk masih ada dan tinggal kirim.
Namun jika permintaan ini tidak segera dikirim maka bakal menjadi aroma lain. Maka kelompok tani meminta dengan sangat entah kebijakan dari siapapun agar cepat terjawab.
"Semoga ini menjadi yang terakhir, kami bakal menunggu janji distributor untuk segera mengirim pupuk," pungkasnya.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Imam Hairon |
Editor | : |
Komentar & Reaksi