TUBAN - Pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai, tidak hanya membuat masalah kesehatan tetapi juga memberikan dampak pada sektor ekonomi. Kegiatan perekonomian juga tidak bisa berjalan seperti biasanya, bahkan tak jarang masyarakat kehilangan mata pencaharian dan dalam bayang-bayang ancaman diberhentikan di dalam pekerjaannya.
Seperti yang dialami oleh Wawan Setiawan (25) warga Kecamatan Jatirogo, Tuban mengaku terpaksa menjadi manusia silver karena kehilangan pekerjaannya sebagai kuli bangunan.
Wawan mengais rezeki di sudut-sudut persimpangan lampu merah di Tuban dari para pengendara yang melintas.
Di perempatan lampu merah, Wawan bergaya seperti patung dihadapan para pengendara motor maupun mobil. Dan menghampiri pengendara yang berhenti dengan membawa kotak kardus berharap sumbangan seikhlasnya.
"Sebelumnya saya kerja sebagai kuli bangunan diluar kota. Karena pandemi Covid-19 ini pekerjaan kuli bangunan sepi dan saya memutuskan pulang ke Tuban," ucap Wawan saat ditemui suaraindonesia.co.id, Rabu, (16/6/2021).
Wawan mengatakan, dia belajar dari temannya yang lebih dulu menekuni pekerjaan manusia silver berasal dari Jogja. Dan sudah 4 bulan menjadi manusia silver di Kabupaten Tuban.
Dalam aksinya, Wawan tak sendiri. Ia kerap kali ditemani keponakannya, Dimas (15). Serta sehari, mereka mendapatkan uang sekitar kurang lebih Rp. 120.000 dibagi menjadi 2 dan disisihkan sebagian untuk membeli cat.
"Hasilnya kita bagi dua, dan biasanya kita sisihkan 10 ribu untuk membeli cat. Untuk cat sendiri harganya 100 ribu, itu sudah bisa dibuat seminggu," kata dia.
Selama menjadi manusia silver, Wawan menyebut belum pernah merasakan efek dari cat yang dilumurkan di seluruh badannya, baik iritasi ataupun gatal-gatal pada kulit.
Menurutnya, kalaupun ada efek pada kulit atau kesehatan. Itu sudah menjadi bagian dari resiko pekerjaan yang diambil. Bahkan, tak jarang Wawan harus ditertibkan oleh Satpol-PP.
"Kalau iritasi pada kulit sejauh ini belum ada sih, karena saya beli cat ini bukan kayak di YouTube gitu pakai cat sablon, insyaallah aman. Kalau ditertibkan Satpol-PP yang jangan ditanya, karena kita juga di jalanan. Tapi kadang kita juga harus main petak umpet untuk menghindari razia," sambungannya.
Meski pernah terjaring razia, Wawan tak kapok menjadi manusia silver. Pekerjaan ini tetap ia lakoni demi menyambung hidup.
"Mau gimana lagi ada keluarga yang harus kita hidupi," pungaksanya. (Irq/Nang)
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : M. Efendi |
Editor | : Nanang Habibi |
Komentar & Reaksi