SUARA INDONESIA

Bupati Puncak Jaya Akui Tradisi Bayar Kepala Masih Menjadi Tantangan Bagi Pemda

Mustakim Ali - 08 September 2021 | 16:09 - Dibaca 4.34k kali
Peristiwa Daerah Bupati Puncak Jaya Akui Tradisi Bayar Kepala Masih Menjadi Tantangan Bagi Pemda
Masyarakat puncak jaya sakti mengikuti proses perdamaian usai perang suku.

MULIA - Bupati Puncak Jaya, Dr. Yuni Wonda yang merupakan putra Asli Suku Dani mengungkapkan bahwa proses Bayar Kepala sampai duka sangatlah tinggi yang dipatok, besarnya biaya yang harus dibayarkan oleh kelompok pelaku harus ditanggung oleh kelompok lain menjadi kewajiban yang kadang membutuhkan waktu lama untuk terkumpul sempurna.

"Jumlah yang sedemikian besar, mau tidak mau harus ikut dialokasikan oleh pemerintah daerah, semata-mata agar roda pemerintahan dan pelayanan publik serta situasi keamanan dapat kembali normal," ujar Bupati.

Yuni Wonda menambahkan bahwa kendati adat budaya adat yang masih menjadi kekuatan sebagai jalan keluar pemecahan masalah  yang singkat usai perang suku ini masih terus dilestarikan. Hanya saja dalam tradisi tersebut secara langsung bisa memutuskan segala tuntutan Hukum dan persoalan HAM yang muncul dikemudian hari.

"Kedepan kami bersama Ketua DPRD dan jajarannya akan memPerda-kan ketentuan duka sampai bayar adat ini, sehingga lebih teratur dan realistis. Budaya nenek moyang kami sampai hari ini masih terus dijaga dan gigih dipertahankan, namun tantangannya adalah, tidak sedikit pengorbanan biaya dan waktu bahkan nyawa harus melayang. Selain itu aktivitas pelayanan publik dan masyarakat ikut terganggu," ungkapnya.

Hal ini disampaikan oleh Bupati Yuni Wonda usai mediasi atau perjanjian Kesepakatan perang suku di Wilayah II atau dalam istilah lani "Wim eku nogorak me, yogondak lambunggwi" yang berlangsung di Lapangan Alun-Alun Distrik Ilu, Selasa (07/09/2021).

Selain bupati, hadir dalam acara tersebut Ketua TP PKK, Ny. Ursula Wonda, Ketua DPRD Zakaria Telenggen bersama anggota, Sekda Tumiran, S. Sos, MAP didampingi Ketua DWP Hj. Manikem, Dandim 1714/PJ Letkol Inf. Rofi Irwansyah bersama Ketua Persit KCK Kodim dr. Angky, Wakapolres Kompol Irianto John, serta Pejabat Eselon II dan III dilingkungan Pemda Puncak Jaya. Memandu acara adat, Asisten II Esau Karoba, S. Pak, M. Si serta Protokoler Setda.

Dimana acara perdamaian ini dikemas dalam prosesi adat asli Dani. Hal ini demi suksesnya perdamaian, karena jika melanggar maka ada konsekuensi yang akan diterima baik itu jatuh sakit sampai pada kematian sanak keluarga. Saat memasuki tempat acara, Bupati disambut kepala perang Absen Geley dengan pengalungan kalung anggrek taring babi atau dalam istilah suku lani "inggen yirip pugwi".

Konon menurut masyarakat setempat, ada 3 tahapan adat penting yang harus dilakukan sebelum melakukan perdamaian. Pertama adalah adat belah kayu doli, dimana kayu tersebut dibelah dan diikat kemudian pihak atas dan pihak sebelah saling menyebrang setelah itu masing-masing mencari/mengumpulkan harta dan benda untuk membayar kepala yang telah menjadi korban.

Kemudian langkah kedua adalah bakar batu untuk laki-laki dan setelah itu akan terbiasa duduk makan bersama dan melakukan perdamaian. Selanjutnya adat patah panah dan bayar kepala perdamaian yang dilakukan hari ini.

Ada beberapa poin kesepakatan dari kedua belah pihak dalam prosesi perdamaian tersebut yakni, Pihak pelaku sepakat menyelesaikan konflik secara adat dan kekeluargaan. Secara jujur mengakui segala perbuatan dan meminta maaf kepada seluruh keluarga korban. Bertanggung jawab atas segala kerugian baik korban materil maupun korban jiwa. Berjanji tidak mengulangi pelanggaran yang melanggar hukum dan melepas, segala tuntutan hukum.

Berjanji untuk menjaga perdamaian di wilayah Puncak Jaya. Sepakat untuk membuat menghapus segala bentuk atribut dan perlengkapan perang atau segala sesuatu yang berbau peperangan. Siap mendukung dan bersatu padu serta mengawal Pembangunan dan Pemerintahan yang damai. Apabila kemudian hari terbukti masih melakukan tindakan tersebut, maka bersedia untuk langsung diproses secara hukum yang berlaku tanpa ada rasa keberatan maupun tekanan lain dari pihak kerabat.

Dalam momen berharga itu, salah seorang perwakilan kepala perang dsri Distrik Ilu, sangat haru dan mengungkapkan terima kasih yang mendalam dengan menyatakan dukungan politik untuk mendukung Bapak Bupati Dr. Yuni Wonda untuk menuju ke periode kedua.

"Keputusan yang Bupati ambil sudah sangat pas, Bapak Bupati anak daerah duduk di Kursi sudah pas tidak ada orang lain. kami siap dukung Bapak untuk Kedua kalinya" Ujarnya dibarengi tepukan meriah yang hadir. 

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Mustakim Ali
Editor : Nanang Habibi

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya