BANYUWANGI- Polresta Banyuwangi menerjunkan 241 personel dalam rangka mengamankan aksi damai ratusan sopir dump truk di depan kantor Bupati qBanyuwangi, Senin (20/9/2021).
Ratusan personel kepolisian yang diterjunkan itu terdiri dari anggota Polresta Banyuwangi dan jajaran Polsek.
Kapolresta Banyuwangi AKBP Nasrun Pasaribu melalui Kabag Ops Kompol Agung Setyo Budi menyampaikan, kegiatan pengamanan ini sudah menjadi tugas kepolisian.
"Kami membackup ini, karena disamping keamanan terhadap para pengunjuk rasa ada kepentingan masyarakat yang lebih besar, itu yang kita utamakan," kata Kompol Agung usai demo.
Pihaknya juga sudah memprediksi kemacetan yang akan ditimbulkan ratusan pendemo yang tergabung dalam Asosiasi Armada Material Banyuwangi (AAMB).
"Kemacetan sudah kita prediksi, karena massanya ratusan sehingga kita jadikan satu (jalur), tetapi akses yang lain sudah lancar," ungkapnya.
Meskipun Banyuwangi sudah memasuki level satu PPKM, pihaknya tetap melakukan woro-woro agar peserta aksi tetap menjaga protokol kesehatan Covid-19.
"Jangan sampai nanti kita terlena, yang dapat menjadikan masalah pandemi bisa meningkat, ini yang kita jaga bersama," sambung Agung.
Pihaknya bersyukur dalam aksi damai ratusan sopir dump truk berjalan tertib. Tuntutan para sopir armada pun langsung direspon.
Perwakilan dari mereka diterima Plt Kepala Dinas Perhubungan Banyuwangi Dwi Yanto, dan Plt Kepala Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya, Perumahan, dan Permukiman (DPU CKPP) Banyuwangi, Danang Hartanto, serta perwakilan pejabat terkait di ruang mediasi.
Pantauan di lapangan usai menyampaikan tuntutannya, ratusan sopir langsung membubarkan diri.
Diketahui tujuan mereka melakukan unjuk rasa menuntut adanya keseragaman aturan mengenai batas tinggi muatan truk.
Sebab, akibat muatan material secara berlebihan membuat jalanan tidak lagi mampu menahan beban kendaraan. Sehingga menjadi ambles, berlubang, dan rusak sana sini. Khususnya di wilayah yang memiliki area tambang galian C. (*)
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Muhammad Nurul Yaqin |
Editor | : Nanang Habibi |
Komentar & Reaksi