SUARA INDONESIA

Petani di Bondowoso Menjerit, Pupuk Subsidi Langka, Penjualan Diduga Langgar HET

Bahrullah - 24 January 2022 | 17:01 - Dibaca 4.43k kali
Peristiwa Daerah Petani di Bondowoso Menjerit, Pupuk Subsidi Langka, Penjualan Diduga Langgar HET
Pupuk Bersubsidi (Foto Ilustrasi)

BONDOWOSO - Para peti di Kecamatan Pakem, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur menjerit.

Pasalnya, untuk mendapatkan pupuk bersubsidi sangat kesulitan alias langka, bahkan jika pun ada harganya diduga dijual di atas Harga Eceran Tinggi (HET).

Hal itu sebagaimana diutarakan oleh Satibiyanto petani asal Desa Ardisaeng Kecamatan Pakem, pada media, Senin (24/1/2022).

Lebih lanjut, Satib ini mengatakan , jika sudah berulang kali melakukan proses tentang langka pupuk bersubsidi di desanya. Namun, aspirasinya tak pernah menemukan solusi dari pemerintah.

" Saya sudah menyuarakan masalah pupuk itu di berbagai tempat, tapi tidak pernah ada solusi," ujarnya.

Satibi mengatakan, jangan petani, kelompok tani saja juga mengeluh karena setiap musim tanam, hanya dapat 3 sampai 4 kuintal pupuk urea.

" Kelangkaan pupuk saat ini membuat warga kesusahan, sehingga masalah pupuk ini bagi petani berpotensi gagal panen," imbuhnya.

Satibi mengungkapkan, pupuk tersebut tidak hanya langka, bahkan tidak ada. Sebab sejak akhir 2021 lalu, pupuk subsidi sudah habis.

“Para petani datang ke kios, juga tidak ada,”ujar dia. 

Satibi mengaku setiap hendak membeli pupuk selalu tidak dapat. Alasannya karena pupuk sudah habis.

“Saya juga tidak tahu dapat alokasi berapa, karena tidak dikasih tau,” papar dia.

Bahkan, para petani lain juga merasakan hal yang sama. Mereka tidak tau mendapatkan alokasi berapa pupuk subsidi tersebut.

“Disini tidak terbuka sama sekali di Pakem ini, ga ada yang tau berapa jatahnya,”jelas dia.

Satibi juga mengaku sudah menanyakan apakah dirinya sudah masuk E RDKK, namun tidak pernah diberi tahu. Baik pada pihak kios maupun PPL setempat.

“Saya pernah suruh orang tanya apa saya masuk, tapi ga dikasih tau,” terang dia.

Namun faktanya, pupuk subsidi dijual dengan harga di atas HET. Harga yang dijual bisa Rp 300.000.

“ Saya pernah beli Rp 300.000 per kwintal pupuk urea, bahkan kalau nama tidak tercantum di E-RDKK bisa Rp 350.000,” ungkap dia.

Selain itu, dalam setiap transaksi, tidak pernah ada nota pembelian yang diberikan kios. Padahal, nota atau kwitansi itu sebagai bentuk bahwa pupuk subsidi dijual dengan nilai HET.

“Gak pernah ada yang dikasih kwitansi selama ini,” papar dia.

Satibi menduga ada permainan pupuk di wilayah Kecamatan Pakem, sehingga terjadi kelangkaan pupuk. Hal itu juga terlihat dari harga yang tidak wajar.

Tak hanya Satibi, petani lain asal Desa Ardisaeng Imam Mahmudi merasakan hal yang sama.

“Di desa saya memang langka pupuk subsidi, harganya juga mahal,” tutur dia. 

Imam sendiri mengaku sudah terdaftar di E RDKK. Namun tidak pernah tau berapa alokasi yang didapatkan, karena tidak pernah diberi tahu.

“Pernah saya mau beli, tidak dikasih, bilangnya sudah tidak ada di kios,” tambah dia.

Imam juga mengaku bahwa harga urea juga bisa dua kali lipat dari HET. “ Ada yang beli Rp 160.000 setengah kwintal, ada juga yang katanya beli sampai Rp 200.000,” ucap dia.

Bahkan, kata dia, saudara saya beli setengah kwintal seharga Rp 200.000. Padahal, kalau sesuai HET, harga urea setengah kwintal Rp.112500 pada tahun 2021.

Akibat kelangkaan pupuk itu, petani gagal panen. Karena pupuk kebutuhan utama bagi petani.

“Saya harap agar hal ini tidak terulang setiap tahun,” tutupnya.

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Bahrullah
Editor : Bahrullah

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya