SUARA INDONESIA

Hasil Panen Gagal, Petani Padi dan Jagung Mengeluh

Syamsuri - 12 July 2022 | 20:07 - Dibaca 2.26k kali
Peristiwa Daerah Hasil Panen Gagal, Petani Padi dan Jagung Mengeluh
Anggota Komisi II DPRD Situbondo, H. Suprapto saat menemui Petani Padi yang terserabng hama wereng di Kecamatan Panarukan. (Foto : Syamsuri/Suara Indonesia)

SITUBONDO - Sejumlah petani di Kabupaten Situbondo mengeluh, karena hasil panennya gagal hasil. Penurunan produksi tersebut diakibatkan karena tanamannya terserang hama wereng yang mengganas secara tiba-tiba dan harga jualnya juga anjlok, Selasa (12/7/2022).

Biasanya padi yang ditanam para petani sebelum kena hama, hasil panennya dalam satu hektar mencapai 6,5 Hingga 7,5 ton, dan harga gabah kering giling kalau dijual harganya mencapai Rp. 4.700 perkilogram.

"Sekarang per hektarnya hanya dapat menghasilkan produksi 3,5 hingga 4 ton, dan harga gabah kering sawah pun kalau dijual hanya laku Rp. 4.300 perkilogramnya," ujar H. Suprapto.

Menurut keterangan salah satu petani di Kecamatan Panarukan yang bernama Pak Mamat, masa panen harusnya masih sekitar satu mingguan, karena tangkai dan bulir padi bagian ujung masih hijau belum berisi penuh.

Namun karena hama wereng coklat yang tiba-tiba mengganas akhirnya padinya terpaksa dipanen dini.

Serangan wereng ini cukup meluas dan semalam bisa menyerang hingga berhektare-hektare.

"Karena jika dibiarkan tidak dipanen maka kerusakan padi akan semakin parah dan petani bisa tidak memanen sawahnya karena gabah bisa seluruhnya hampa," tuturnya

Anggota Komisi II DPRD dari Fraksi PKB, H. Suprapto sangat menyayangkan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Situbondo, pasalnya banyak petani ngeluh kepada Komisi II DPRD, terkait hasil panen padi dan jagung gagal hasil.

Seharusnya Dinas Pertanian yang diberi tanggung oleh Pemerintah Daerah, tidak tinggal diam tetapi harus mengambil langkah langkah konkret, sehingga petani tidak terus dirugikan artinya sedia payung sebelum hujan.

"Tidak hanya duduk manis di meja kursi empuhnya, karena anggarannya sudah ada. Sehingga tidak terkesan ketika petani gagal hasil, Dinas Pertanian baru melakukan langkah langkah dan mencari solusi, ini jangan sampai terjadi," terang Suprapto

Selain itu, petani jagung di Kabupaten Situbondo juga mengalami nasib yang sama yaitu akibat harga jual jagung terus menurun. Bahkan, harga jagung di tingkat petani saat ini untuk jagung pipil kering  jualnya hanya berkisar Rp 3.500 per kilogramnya.

"Saat ini harga jagung  anjlok, jadi petani terus merugi," kata Suprapto, usai turun ke lokasi Pertanian di Kecamatan Panarukan dan Kendit, Selasa (12/7/2022).

Menurutnya, sudah sebulan harga jagung di tingkat petani sangat rendah, yakni sebesar Rp 3.500 per kilogram. Biasanya petani jagung dalam satu hektarnya hasil yang didapat mencapai 8 - 10 ton dan harga jualnya mencapai Rp. 5.200 perkilogramnya.

"Sekarang hasil panennya sudah dapat 5 hingga 6 ton, dan harga jualnya juga mengalami penurunan,  yaitu Rp. 3.500 per kilogramnya, sehingga petani mengalami kerugian sebesar Rp. 1.700 per kilogramnya," ujarnya.

Menurutnya, harga pupuknya saat ini juga sangat mahal, karena pupuk subsidi yang disalurkan kepada petani juga tidak sesuai sasaran, hal ini disebabkan regulasi pendistribusian kepada petani tidak sesuai dengan masa waktu tanam petani.

Dengan kejadian tersebut, Akhirnya petani tidak menikmati harga subsidi sedangkan harga penjualannya sangat murah.

Selain itu, biaya produksi, seperti pembelian pupuk, pestisida, dan tenaga harian, mengalami peningkatan.

"Harga pupuk, obat dan pekerja naik, sedangkan harga jagung anjlok, otomatis kita rugi," tuturnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Situbondo, saat dikonfirmasi awak media melalui seluler, menjelaskan, selama ini pihaknya sudah melakukan langkah-langkah pengendalian dan pencegahan hama wereng, salah satunya melaksanakan penyuluhan kepada kelompok tani dan penyemprotan massal.

Dirinya menilai, memang tidak semua lahan pertanian kelompok tani bisa disasar karena di Dinas pertanian dan Ketahanan Pangan sendiri ada keterbatasan anggaran dan stok pestisida ketersediannya sangat minim.

"Seharusnya kelompok tani menghimbau kepada petaninya agar melakukan penyemprotan secara swadaya secara serentak," ucapnya.

Sebenarnya, Dispertangan Situbondo sudah melakukan penyemprotan massal terhadap tanaman padi ketika ada kasus serangan hama wereng, hal ini dilakukan berdasarkan laporan dari PPL dan petugas hama.

"Kami telah memberikan edukasi kepada kelompok tani terkait teknik cara penyemprotan yang benar dan takaran dosisnya  harus sesuai, supaya tidak berlebihan," jelas Kabid Tanaman Pangan.

Ketika ditanya soal usulan dari Komisi II DPRD Situbondo agar dilakukan penyemprotan massal saat masa tanam padi, Basmala Budi Utama mengatakan pihaknya belum pernah melakukan penyemprotan pada waktu masa tanam sebagai langkah pencegahan.

"Masukan tersebut akan menjadi pertimbangan serta kajian untuk dilaporkan ke pimpinan," tutupnya.

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Syamsuri
Editor : Imam Hairon

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya