SUARA INDONESIA

Beginilah Penjelasan Tokoh Agama H Miftahul Huda Tekait Makna Lebaran 1 444 H

Gono Dwi Santoso - 21 April 2023 | 23:04 - Dibaca 1.53k kali
Peristiwa Daerah Beginilah Penjelasan Tokoh Agama H Miftahul Huda Tekait Makna Lebaran 1 444 H
H Miftahul Huda saat memberikan Tausiyah di Pondok Pesantren Al Qur'an Al Falah di Desa Pojokrejo,Kecamatan Kesamben,Kabupaten Jombang, Jumat (21/04/2023).

 

 

JOMBANG - Datangnya Hari Raya Idul Fitri menjadi salah satu momen ditunggu oleh seluruh umat Muslim. Makna Idul Fitri bukan hanya menyambut kemenangan setelah sebulan berpuasa, namun terdapat beberapa perubahan yang terjadi dalam diri umat muslim. 

Perubahan tersebut membuat seseorang lebih bisa bersyukur dengan keadaan. Makna ini akan menimbulkan perasaan menghargai segala yang kamu miliki dan bisa memancing perasaan untuk lebih peduli dengan sesama.

H Miftahul Huda juga selaku tokoh agama di kecamatan Kesamben Kabupaten Jombang, sekaligus politisi dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) memberikan gambaran terkait fenomena terkait makna lebaran di hari raya idul Fitri 1444 H tahun ini , tidak seperti lebaran sebelumnya baik dari sisi kualitas dan sisi keimanan.

" Karena kita merasa bahwa orang dulu dengan sekarang itu semakin tahun semakin merosot kualitas ibadahnya di bandingkan tahun sebelumnya mulai ibadah sholat tarawih,tadarus Al-Qur'an," terangnya kepada media Jumat (21/04/2023).

Miftahul Huda mengatakan sebagai contoh pada awal bulan Ramadan , untuk salat tarawih itu cuma satu kali ,dua kali, tiga kali orang-orang itu berangkat ke masjid sedikit demi sedikit  jamaah akan  berkurang.

Termasuk kualitas puasa ada tingkatan kualitas puasa yang banyak mayoritas itu puasa cuma hanya menghilangkan lapar dahaga,  tetapi masih suka membicarakan orang suudzon itu tetap berjalan.

" Segi kualitas mulai menurun beda dengan zaman kita dahalu dari kecil, kita sudah di ajarkan betul-betul menjalankan ibadah puasa Ramadan dengan tertib dan rajin beribadah kepada Allah SWT," terangnya.

Miftahul Huda mejelaskan, jikalau dulu itu orang akan melaksanakan puasa  Ramadan 1 bulan penuh  fokus beribadah dan 11 bulan dipergunakan untuk bekerja dan untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadan 1 bulan tidak bekerja jadi fokus untuk puasa serta beribadah.

" Tidak dikatakan hari raya itu tidak bajunya yang baru tidak rumahnya yang baru dicat baru akan tetapi tapi yang dijadikan hari raya yaitu ke kekuatan dan penanaman taat kepada Allah subhanahu wa ta'ala itu yang terjadi selama ini, terangnya.

Miftahul Huda menambahakan, harapan kami , kita tetap berpegang pada kekuatan iman kepada Allah ,tapi takdir Allah memberikan rezeki itu apa kata Allah. Yang jelas tetap kita berjalan di atas rell yang ada ,sesuai dengan syariat yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

" Apapun bentuknya keputusan dari Allah SWT menerima dan tidak akan nelangsa ,tidak akan marah tidak akan emosional ketika menerima apapun bentuk keputusan itu, "pungkasnya.

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Gono Dwi Santoso
Editor : Lukman Hadi

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya