SUARA INDONESIA

MoU Pemkab dan Perhutani Bondowoso, Tujuh Wisata Jadi Fokus Ijen Geopark

Bahrullah - 12 August 2021 | 18:08 - Dibaca 1.85k kali
Peristiwa Daerah MoU Pemkab dan Perhutani Bondowoso, Tujuh Wisata Jadi Fokus Ijen Geopark
Proses penandatanganan MoU antara Pemkab dan Perhutani KPH Bondowoso di Pendopo Bupati Bondowoso (Foto Istimewa)

BONDOWOSO - Tujuh destinasi wisata di lahan yang dikelola oleh Perhutani menjadi fokus pengelolaan Ijen Geopark.

Tujuh titik destinasi wisata itu di antaranya kawah wurung, tancak kembar, pendakian gunung piramid, wisata hutan potre koneng, gua buto, kawah ijen, dan puncak mega sari.

Kerja sama itu dikuatkan dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) pengembangan daerah wisata antara Pemerintah Kabupaten (Pemkab) dan Perum Perhutani Bondowoso di pringgitan Pendopo Bupati,  Kamis (12/8/2021).

KH Salwa Arifin Bupati Bondowoso, mengatakan, kerjasama tersebut sebagai langkah memacu kepariwisataan untuk memberdayakan masyarakat dan mengembangkan seluruh potensi sumber daya alam.

"Kami mengucapkan terimakasih kepada perum Perhutani Bondowoso yang telah berkenan melakukan kerjasama guna mengembangkan potensi wisata," ujarnya.

Bupati Salwa optimis, MoU ini dapat mempercepat pembangunan wisata di Bondowoso.

Menurutnya, pengembangan kepariwisataan di Bondowoso tidak dapat dilakukan oleh salah satu pihak melainkan diperlukan kerjasama dengan pihak lain.

"Kami harap MoU tersebut ini lekas ditindaklanjuti secara teknis oleh Dinas Pariwisata. Kami ingin ada peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)  dari sektor pariwisata, minimal setelah pandemi Covid-19 berakhir," tuturnya.

Adm Perhutani KPH Bondowoso Andi Adrian Hidayat, menambahkan, hampir 70-80 persen di kawasan Perhutani menjadi tempat objek wisata untuk Ijen Geopark.

"Perhutani selaku pengelola, memandang perlu adanya MoU dengan Pemerintah Daerah," ujarnya.

Lebih lanjut, dia menuturkan, adanya MoU tersebut menjadi dasar penggerak untuk mengelola potensi wisata yang ada.

"Potensi wisata kita banyak. Ada kawah wurung, (air terjun) tancak kembar, pendakian gunung piramid, potre koneng, puncak Megasari, kawah Ijen, dan gua Buto," ujarnya.

Dengan MoU tersebut, lanjut Andi, tidak ada lagi yang tidak terkoordinasi di lapangan.

"Kalau terkoordinasi, maka masyarakat dengan lembaganya akan membangun Geopark yang benar," ungkapnya.

Andi menambahkan, kerjasama tersebut tidak hanya melibatkan Perhutani dan Pemkab Bondowoso, melainkan juga membuka peluang bagi masyarakat melalui lembaga-lembaganya. 

"Bagaimana teman-teman LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan) di lapangan punya greget membangun wisata," tutur Andi.

Menurutnya, jika terkoordinasi dengan baik, bakal banyak terbangun objek wisata andalan di kawasan hutan Bondowoso.

"Tapi jangan garap wisata yang gak direncanakan, tahu-tahu bikin. Harus sesuai koridor yang benar," paparnya.

Sementara, Mulyadi Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disparpora) menyebutkan, untuk mengelola wisata diperlukan payung hukum sehingga perlu dilakukan MoU antara Pemerintah Bondowoso dengan Perhutani.

"Hampir 100 persen wisata kita ada di lahan perhutani. Maka regulasi ini kita lakukan dulu supaya dalam pembangunannya nanti bisa maksimal," tutupnya. (adv)

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Bahrullah
Editor : Bahrullah

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya

Featured SIN TV