SUARA INDONESIA

PWI Jawa tengah Dorong Pemberitaan yang Mendidik, Mencerahkan dan Berkebangsaan Menuju Tahun Politik 2024

Agus Sulistya - 24 December 2022 | 19:12 - Dibaca 977 kali
Peristiwa Daerah PWI Jawa tengah Dorong Pemberitaan yang Mendidik, Mencerahkan dan Berkebangsaan Menuju Tahun Politik 2024
konferensi pers Refleksi Akhir Tahun 2022, PWI Jawa Tengah

SEMARANG -- Pemberitaan media mendekati Tahun Politik 2024, dengan kulminasi kontestasi Pemilihan Presiden, telah berasa semakin memanas. Sebagai bagian dari kontribusi membuat kualitas demokrasi, pemberitaan media perlu memiliki nuansa mendidik, membuat cerah, dan berkebangsaan.

Hal tersebut dikatakan oleh Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Propinsi Jawa tengah, Amir Machmud NS dalam Refleksi Akhir Tahun 2022 yang dirilis di Gedung Pers, Jalan Trilomba Juang No 10 Semarang, Jawa tengah, Sabtu (24/12/2022).

Dalam konferensi pers Refleksi Akhir Tahun 2022, Amir Machmud ditemani Sekretaris PWI Jawa tengah Setiawan Hendra Kelana dan beberapa pengurus sampaikan, jika wartawan dan beberapa media telah fokus pada beberapa berita ke arah tahun politik.

"Permutasi beberapa nama capres dan cawapres mulai diapungkan oleh berbagai pihak. Dimulai dari pemerhati politik, lembaga survei, beberapa elite parpol, beberapa kelompok relawan," sebut Amir Machmud.

Survei-survei ketokohan dan kepopuleran capres-cawapres penuhi ruangan pemberitaan media dalam berbagai platform, termasuk media sosial.

Dari permutasi pasangan calon yang ada, menurut Amir, dapat disimpulkan mengenai kecenderungan versi-versi berdasar background nasionalis, agamis, yang selanjutnya seakan-akan terdikotomi ke dua sikap, yaitu politik berkebangsaan dan sikap politik aliran.

"Berpijak pada realitas itu, PWI Jawa tengah ajak para wartawan dan media untuk mempertimbangkan pengendalian sikap berjurnalistik dan bermedia dengan beberapa narasi yang kritis, mendidik, dan mencerahkan," tegasnya.

Pertama, media tidak boleh terlarut dalam arus kabar berita yang lebih beraksen mempertentangkan politik aliran, yang malah mempunyai potensi menyuburkan sekat-sekat kehidupan berkebangsaan dan bernegara. Standard jurnalistik dengan peranan pers sama sesuai Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers dan moralitas Kode Etik Jurnalistik jelas bermuatan iktikad kebajikan.

"Tidak boleh memberikan ruang kabar berita yang bertendensi mengganggu rasa keanekaragaman dan kebhinekaan. Menunjuk rival politik dengan stigmatisasi seperti cebong dan kadrun, misalkan, sejauh kemungkinan harus dijauhi dalam pemberitaan," ucapnya.

Ke-2 , kuatkan pembelajaran jurnalistik pada saat-saat mendekati pemilu supaya lebih fokus pada up-date pengetahuan mengenai kepemiluan dan pendidikan demokrasi. Tentu termasuk dinamika-dinamika dan penilaian penerapan beberapa tahapan pemilu melalui fungsi kontrol sosial.

Ke-3 , buat atmosfer kritis kabar berita dengan penuh tanggung-jawab, hingga dengan agenda-agenda sosialnya pers berperan menggerakkan berlangsungnya pemilu, termasuk pemilihan presiden yang bening, membuat cerah, dan memaslahatkan.

Dengan sikap itu, menurut Amir Machmud, media bisa berperan jaga bangsa dari akibat-akibat kabar berita yang cuma mengutamakan kesan kebutuhan viralitas. jauhi memberikan ruangan untuk ekspresi-ekspresi politik yang membelakangi nilai-nilai bernegara.

"Pers Indonesia harus kita dorong tumbuh sebagai kemampuan berkebangsaan, dalam kebenaran memahkotakan nilai-nilai keanekaragaman sebagai sunnatullah keindonesiaan kita," bebernya.***

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Agus Sulistya
Editor : Imam Hairon

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya

Featured SIN TV