SUARA INDONESIA

Aksi International Women’s Day di Malang Dibubarkan, Isu Separatisme Jadi Alasan

Ibrahim Ardyga (mg-101) - 09 March 2021 | 15:03 - Dibaca 1.81k kali
TNI/Polri Aksi International Women’s Day di Malang Dibubarkan, Isu Separatisme Jadi Alasan
Aparat Kepolisian Melakukan Tugas Pengamanan Aksi International Women's Day, Senin (08/03/2021). (Foto: ist)

MALANG - Aksi unjuk rasa dalam rangka memperingati International Women’s Day di Kota Malang yang dimotori Aliansi Gerakan Perempuan Bersama Rakyat (GEMPUR) pada Senin (08/03/2021) lalu berakhir ricuh.

Menanggapi hal tersebut, Polresta Malang Kota mengadakan konferensi pers pada Selasa (09/03/2021) di halaman depan Polresta Malang Kota.

Dalam konferensi pers itu, Wakapolresta Malang Kota, AKBP Totok Mulyanto menjelaskan kronologi aksi hingga terjadi kericuhan.

“Sekitar pukul 10.30 massa aksi yang sedang berkumpul dihimbau untuk membubarkan diri oleh pihak kepolisian, tetapi massa aksi tetap bertahan,” ujarnya.

Totok juga menambahkan bahwa pihak pengamanan yang tergabung dalam Satgas Covid-19 Kota Malang yang di pimpin langsung oleh Kapolresta Malang Kota Kombes Pol Leonardus Simarmata dan Dandim 0833/Kota Malang Letkol Arm Ferdian Primadona menghimbau massa aksi untuk membubarkan diri karena massa aksi melanggar protokol kesehatan dan mengganggu aktivitas masyarakat.

“Kami sudah menghimbau massa aksi untuk membubarkan diri dengan damai dan manusiawi karena melanggar protokol kesehatan di masa PPKM Mikro dan aksi juga menutupi jalan sehingga mengganggu aktivitas masyarakat,” tambahnya.

Menurut Totok, massa aksi yang tidak mendengarkan himbuan, dibubarkan paksa oleh pihak kepolisian dan TNI, sehingga aksi itu berakhir ricuh.

Totok juga menambahkan bahwa aksi itu dibubarkan karena ditunggangi agenda separatisme yaitu menolak otonomi khusus (otsus) dan kemerdekaan Papua Barat.

“Mereka membentangkan spanduk tolak otsus dan lain sebagainya yang diluar agenda peringatan hari perempuan internasional,” pungkasnya.

Sementara itu, menurut massa aksi yang tergabung dalam aliansi Gempur mengatakan bahwa pihaknya tidak langsung menarik diri karena tengah melakukan negosiasi dengan pihak kepolisian.

“Kita tengah melakukan negosiasi dengan pihak kepolisian dan menyampaikan hasil negosiasi kepada seluruh organ dalam aliansi untuk memunculkan strategi baru,” ungkap salah seorang anggota Tim Kronologis Aliansi Gempur yang tidak mau disebutkan namanya.

Tim Kronologis Aliansi Gempur juga menegaskan bahwa pihaknya tidak memiliki agenda separatisme apapun dan murni hanya aksi memperingati International Women’s Day untuk mengedukasi masyarakat dengan mengusung tema “Hancurkan Kapitalisme! Sahkan RUU-PKS dan Wujudkan Kesejahteraan Sosial Berbasis Gender”.

“Pada aksi ini kami ingin mengedukasi masyarakat dengan tema yang kami usung, tidak ada agenda lain, apalagi membawa separatisme,” tegasnya.

Terkait isu separatisme yang memicu kericuhan, Tim Humas Aliansi Gempur, Icha mengatakan bahwa isu tersebut tidak benar. Aliansi Gempur tetap sepakat untuk mengawal isu yang sudah disepakati untuk peringatan International Women’s Day. 

“Kami tidak membawa poin apapun yang memprovokasi dan memicu kericuhan, tapi kami sudah didesak mundur dan tidak dapat mengatur koordinasi lanjutan dengan seluruh organ dalam aliansi kami,” ujar Icha saat dikonfirmasi awak media ini via WhatsApp.

Icha juga mengatakan merasa kecewa atas statement Kapolrest Malang Kota yang dimuat di salah satu media online yang menuding golongnnya provokator.

"Kami sangat kecewa, tidak ada provokator, adanya hanya teriakan Free West Papua dan perlawanan massa aksi itu merupakan bentuk spontanitas akibat polisi yang melakukan tindakan represif kepada massa aksi," terangnya.

Insiden pecahnya kaca Mobil Pengendalian Massa (Dalmas) akibat dilempar sepatu pun di klarifikasi dalam video resmi Aliansi Gempur, mereka mengatakan bahwa hal tersebut merupakan bentuk spontanitas.

Pihaknya merasa kecewa, sebab beberapa massa aksi dipukuli oleh aparat dan dipaksa masuk kedalam truck Dalmas.

Massa aksi yang sudah didalam truck pun berontak dan meminta aparat memasukan kawan mereka yang dipukuli tersebut kedalam truck yang sama.

"Akan tetapi polisi malah memasukkan kawan tersebut ke mobil yang lain dan truck Dalmas pun mulai melaju, akibatnya massa aksi yang berada didalam truck Dalmas pun menghentak-hentakkan kaki untuk memberhentikan truck dan secara spontan ada massa aksi truck yang melempar sepatu ke kaca depan truck Dalmas untuk menghentikannya,” jelas Icha.

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Ibrahim Ardyga (mg-101)
Editor :

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya