PURWOREJO - Warga Desa Tlogokotes Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, menggelar tradisi Baritan atau merti desa (selamatan desa), pada Kamis (17/6/2021).
Baritan atau bersih desa merupakan tradisi atau adat istiadat yang sudah turun temurun dengan tujuan mendoakan untuk keselamatan warga desa.
Ada yang berbeda dalam tradisi Baritan kali ini, selain diselenggarakan secara sederhana karena masih dalam masa pandemi covid 19, warga mengembalikan tata cara tradisi Baritan kemasa dahulu, yaitu melaksanakan walimahan dengan menggunakan tempat walimah atau bungkus serba menggunakan daun dan tidak menggunakan kertas maupun plastik.
Selain mengkampanyekan bahaya plastik, daun dianggap mudah serta murah untuk didapatkan dan sehat untuk tempat segala jenis makanan.
"Baritan di Desa Tlogokotes tahun ini kami adakan pada hari ini, Kamis Wage malam Jumat Kliwon bulan Dulkaidah," kata Kepala Desa Tlogokotes, Slamet Dwi Sumitro, saat ditemui di sela acara Baritan di Balaidesa Tlogokotes, pada Kamis (17/6/2021) siang.
Dikatakan, ada 5 kelompok masyarakat atau tempat kewilayahan (Dusun) yang melaksanakan tradisi Baritan ini, yaitu wilayah Bekelan terdiri dari dari RT 01 dan 02 Dusun Krajan, wilayah Gandhik terdiri dari RT 03 dan 04 Dusun Krajan, wilayah Nyai Pakutho terdiri dari RT 01, 02, dan 03 Dusun Kotesan, wilayah Mbulu RT 04 terdiri dari RT 04 Dusun Kotesan, dan wilayah Si Pucung terdiri dari RT 01 dan 02 Dusun Tlogo.
"Pemberian nama wilayah berdasarkan pendiri wilayah/babat alas tersebut. Jadi nama wilayah adalah makam tokoh pendiri wilayah/babad alas pertama kalinya," ungkapnya.
Dijelaskan, kegiatan Baritan diawali dengan penyembelihan kambing dan dimasak oleh warga desa secara gotong royong. Jika zaman dulu penyembelihan kambing dilakukan di makam tokoh pendiri wilayah dan kepala kambing diletakan di makam tersebut, sementara bagian yang lainnya dimasak. Tetapi dengan perkembangan zaman kepala kambing tetap ikut dimasak.
"Kambing dimasak oleh ibu-ibu warga sekitar dengan gotong royong serta perlengkapan lainnya seperti nasi, sayur, dan lainnya. Nasi dibuat bulatan dibungkus daun jati sedangkan sayur dan lauknya dibungkus dengan daun pisang. Dibuat sebanyak jumlah KK yang ada di wilayah tersebut. Inilah yang sering dinamakan berkat," jelasnya.
Usai memasak, warga kemudian berkumpul dan menggelar doa bersama untuk mendoakan arwah leluhur yang ada di Desa Tlogokotes dan pendiri wilayah masing-masing wilayah. Saat doa bersama telah selesai, berkat itu kemudian dibagikan.
"Berkat ini akan dibungkus dengan janur yang harus dengan menggunakan teknik tertentu, dan setelah diikat dengan tali lalu dibawa pulang," katanya.
Disampaikan, Baritan dengan menggunakan tradisi lama yaitu menggunakan tenpat atau wadah walimah (berkat) dengan daun itu telah dilaksanakan sejak dua tahun terkahir ini. Warga mengaku akan tetap melastarikan budaya itu hingga nanti dan sepakat tidak akan menggunakan plastik dalam kegiatan itu.
"Harapan kami ini bisa tetap lestari, anak-anak muda menjadi tau dan bisa cara membungkus berkat dengan daun, karena selain mudah dan murah, dengan daun makanan jadi enak dan sehat," pungkasnya.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Widiarto |
Editor | : Nanang Habibi |
Komentar & Reaksi